Sabtu, 16 Maret 2013

Merancang Lay Out

Merancang Lay Out (LO)

Pentingnya sebuah Perencanaan

Sebelum kita .membangun sebuah LO, ada baiknya kita merencanakan terlebih dahulu LO yang akan kita bangun.  Hal tersebut dilakukan agar ‘pembangunan’ LO memiliki sebuah ‘arahan’ atau ‘panduan’, …..hendak dibawa kemana hubungan kita ? (maksudnya LO).   Pembuatan LO tanpa sebuah perencanaan memliliki resiko tinggi ‘bubar di tengah jalan’ karena ternyata tidak cukup ruang untuk bermanuver curve misalnya,……meskipun sudah memakai curve setajam silet (R yang paling kecil) masih saja belum nyampai.  Sekedar gambaran, untuk pembuatan LO dengan perencanaan saja terkadang masih ‘meleset’ meskipun tidak separah yang ‘tanpa perencanaan’.

Tipologi LO

Sebelum kita merencanakan sebuah LO, satu hal yang pasti sudah harus kita lakukan adalah mengambil keputusan tentang skala.  Sebagaimana kita ketahui, dalam miniatur Kereta Api dipakai beberapa skala menurut standar-standar model Kereta Api Internasional (NMRA/ NEMRA).  Pemilihan Skala ini akan memiliki efek berantai, mulai dari ketersediaan lahan, ketersediaan aksesoris di pasaran, dan pembuatan seluruh obyek di dalam LO harus tunduk pada skala yang sudah kita tetapkan.  Obyek tersebut meliputi : batu ballast pendukung rel, rerumputan (termasuk persawahan), pepohonan, tiang-tiang listrik, tiang-tiang lampu, pagar, orang-orang, rumah-rumah (bangunan lain termasuk stasiun), perabotan (meja, kursi, tenda, etalase yang terekspos), peralatan (kompressor tukang tambal ban, pengaduk semen dll) semua kendaraan baik mobil, sepeda, sepedamotor, pesawat, kapal atau perahu, lebar jalan, jembatan, terowongan, menara sutet, menara BTS, parabola, tower crane dan semua obyek yang akan kita libatkan dalam LO kita, semuanya harus berada pada SKALA YANG SAMA
Setelah skala kita tetapkan skala untuk LO kita, mari kita melihat beberapa Tipologi LO.  Tipologi LO terbagi dalam beberapa konfigurasi dasar sebagai berikut :
  1. Bundar
 

2.Bujur Sangkar (persegi empat dengan selisih yang hampir sama pada keempat sisinya termasuk bujursangkar)



3. Persegi Panjang (Empat persegi panjang, selisih antara dua sisi dan dua sisi yang lain cukup besar)




4. Konfigurasi 'L' shape




 5. Konfigurasi 'U' shape



6. LO menyusuri dinding (biasanya memiliki lebar tipis dan menempel pada sisi sebuah dinding, untuk ini LO bisa berupa ‘LO garis’, ‘LO-L’. ‘LO-U’ dan LO-O’)    daripada jauh-jauh.

7. LO garis yang tidak menempel pada dinding  (mohon maaf masih belum gambar)

Setelah kita mengenal beberapa ‘Tipologi LO’ maka kita bisa mulai mendapatkan gambaran, memilah-memilih, yang kira-kira sesuai dengan keteresediaan lahan/ ruang untuk LO yang akan kita bangun yang seperti apa ?




Menentukan Radius Curve

Penentuan Radius Curve juga sangat berpengaruh terhadap ketersediaan lahan.  Karena kebetulan saya berkonsentrasi di skala 1:87, maka curve yang saya kenal adalah curve di lingkungan HO, mohon untuk ‘N scaler’ dan skala yang lain menambahkan penentuan Curve ini.  Di lingkungan HO, mulai dari yang paling kecil adalah curve dengan R18’ memiliki radius putar 45cm. ;diameter balik arah 90cm.  Kemudian R22’ memiliki radius putar 55cm.;diameter balik arah 110cm.  Kemudian R24’ memiliki radius putar 60cm.; diameter balik arah 120cm.  Kemudian R36’ (jarang dijumpai) memiliki radius putar 90cm.; diameter balik arah 180cm.  Para Kamoder bisa saja menggunakan curve yang lebih besar dari itu, tentu saja dengan menggunakan maal (dari karton tebal, tripleks, atau di jangkakan pada LO) kemudian curve nya menggunakan ‘flextrack’

Catatan :
Bagi pengguna prime mover panjang atau bergandar CC sebaiknya menghindari penggunaan R18’
Ukuran radius di atas adalah radius rel ‘sisi dalam’

Menentukan KONSEP

Pentingnya sebuah Konsep

Para Kamoder bisa saja membuat LO tanpa konsep, semua itu sah-sah saja adanya.  LO tanpa konsep artinya adalah LO acak, ada bangunan Jepang ya ditaruhlah bangunan Jepang, ada stasiun Eropah ya ditaruhlah stasiun Eropah, ada SPBU ‘Pertamina’ ya ditaruhlah SPBU itu,…..pokoknya LO suka-suka.  Namun menurut hemat saya sebuah LO memilki suatu ‘added value’ manakala LO tersebut dibangun berdasarkan sebuah konsep.  Konsep terlahir dari sebuah gagasan yang ‘ideal’, seperti LO Pak Frans di Cibadak Bandung yang dibangun dengan konsep Indonesia dengan mengambil setting rute Cilame – Sasaksaat (CMIIW)


dengan konsep Amrik, setting nya saya kurang paham.



Jadi konsep di sini yang pertama adalah penentuan ‘origin country’ nya dahulu, kemudian environment nya (down town, pertambangan, harbour side, river side, sea side, resort (ndeso), margin district (kota pinggiran), mountain dll)
Setelah itu kita simulasikan perjalanan keretanya, dari mana menuju ke mana, ada alternatif apa saja dll.
Hati-hati dalam penentuan konsep ini,…..karena LO tidak hanya dilihat oleh kita.  Ada beberapa hal konyol yang dapat saja terjadi bila LO dibangun tanpa konsep yang jelas, terutama hati-hati untuk LO yang mengambil setting mancanegara, karena kereta model yang di dapat adalah kereta api miniatur dari mancanegara (Amrik, Yurop atau Jepang)
Bisa saja terjadi sebuah kereta melewati stasiun yang pada kesehariannya tidak pernah dilewati oleh kereta tersebut (karena district stasiunnya yang salah, karena jenis kereta nya yang salah, nah……yang paling parah kalau origin country nya yang salah)
Bisa kebayang kan, bila orang Canada membuat setting Kereta Api miniatur  Indonesia, dengan mengambil scenery kota Jembrana atau Denpasar atau Klungkung ?.......Nah…..kita bisa saja membuat kekonyolan yang sama dengan armada mancanegara

Paradigma dalam Railroad Modelling (Kamod)

Ada beberapa paradigma di dalam Railroad Modelling ini, dan yang paling banyak adalah

’kamod untuk refreshing setelah seharian melawan kepenatan rutinitas dan tekanan-tekanan’

Nikmatnya memandangi obyek kecil-kecil yang bisa bergerak sendiri dengan lampu yang menyala, berjalan kesana kemari sambil mengatur wesel menentukan arah perjalanan.  Akan tetapi, sudah cukupkah demikian ?........
Tidak bisa dinafikan memang begitulah ’miniatur kereta api’, saya pun setuju, namun sesungguhnya railroad modelling memiliki cakupan yang sangat luas daripada ’sekedar’ fasilitas refreshing, karena sebagaimana kita ketahui, ada banyak sekali ’wahana refreshing’ di luar railroad modelling yang cukup menjanjikan, mulai dari chatting, fb-an, nge-game, tamiya, futsal, adu merpati, gowesing, auto-modifing, touring, outbond, dugem dan masih banyak yang lainnya.
Oleh karena itu saya selalu mensugesti agar teman-teman kamoder di sini untuk ’add value’ dari hobby tersebut sehingga hobby railroad modelling memang ’more than’ chatting, fb-an, nge-game, tamiya, futsal, adu merpati, gowesing, auto-modifing, touring, outbond, dan dugem,....... more than ordinary refreshing...........
Railroad modelling itu sangat luas cakupannya, hobby ini begitu indah dan sehat............ (yang paling tidak sehat adalah dari sisi finance, sementara itu berlaku sama untuk semua wahana ’refreshing’ yang lain)
Yang dimodelkan dalam ’railroad modelling’ adalah suatu alat transportasi massal yang menguasai hajat hidup orang banyak, dan itu di Indonesia namanya adalah Kereta Api.
Dalam kehidupan sehari-hari (terutama pada daerah yang tersedia jaringan Kereta Api)- Kereta Api mengandung muatan sejarah dan peradaban.



Untuk sampai kepada replika/ model baik statis maupun dinamis pada skala-skala yang kita mainkan, ada rangkaian proses yang ’tanpa kita sadari’ lebih mahal daripada harga (nominal) replika/ kamod itu sendiri.
Gak usah jauh-jauh melihat pabrik Marklin atau Athearn,..... tengok saja Bapak Joseph Ari Widjaya dalam proses pembuatan ’dummy’ BB304, CC201 dan CC203 Agung Craft, beliau mempelajari secara detail masing-masing type lokomotif, belum survey yang bisa berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.  Mempelajari spesifikasi teknisnya, membaca literaturnya dan lain-lain, betapa terkuras waktu, perhatian dan tenaga di sana untuk para ’dummy’ tersebut.
Pada waktu kita mendapat dummy tersebut setelah mengeluarkan dua lembar seratus ribuan, pernahkah terpikirkan hal tersebut di atas ?........hanya dengan duaratus ribuan kita sudah mendapatkan dummy TANPA harus melewati serangkaian proses tersebut,.......ambooiiii..........
Tentu saja pabrikan Amrik, Yurop, Jepang dan China harus menempuh liku-liku yang kurang lebih sama, di sana bahkan masih harus berurusan dengan ’hak patent’ dan ’hak copy’, karena bagaimanapun dipergunakan untuk kepentingan komersial.
Kamod adalah replika dari Kereta Api yang sesungguhnya dan sudah ada SEBELUMNYA,…… dalam pada itu ada peristiwa-peristiwa yang bersejarah, ada tempat-tempat bersejarah dan penuh kenangan romantisme (seperti pada lirik lagu 'Stasiun Balapan Sala' dan 'Hampir malam di Jogja'), ada tokoh-tokoh penting dan bersejarah yang ada di belakangnya, ada kebijakan-kebijakan politis bersejarah yang melatarbelakanginya.  Sementara di luar sana masih banyak sebagian dari kita yang memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap Kereta Api dan perkereta apian, yang hanya bisa menelan air liur melihat obyek-obyek replika yang bisa 'jalan sendiri' dengan lampu bersinar seperti matadewa,.........apakah kita, temen-temen di sini kebayang pada anak-anak para penjaga PJL yang mungkin lebih 'care' terhadap perkeretaapian di tanah air, tapi hanya mampu menelan ludah,....
Di dalam railroad modelling, utamanya jika kita mulai membangun sebuah LO, ada sistem di dalamnya.  Ada sistem kelistrikan, ada pula sistem mekanik berkenaan dengan coupler, wesel dan track.
Oleh karena itu menurut saya, kejam sekali jika kita menganggap hobby ini ’hanya’ sebagai ’perangkat refreshing setelah seharian melawan kepenatan rutinitas dan tekanan-tekanan’
bukankah itu 'mengerdilkan' luas nya dunia Railroad Modelling yang sesungguhnya ?

0 komentar:

Posting Komentar